Selasa, 22 Mei 2012

Dilemaku

Berbeda
Malam ini ada yang berbeda
Bukan karena ada purnama
Atau bahkan terjadi suatu gerhana
Langit hanya hitam seperti biasa

Bintang tetap pancarkan kedipan yang sempurna
Hanya bulan yang tak nampak sempurna
Namun tetap indah tuk dinikmati mata

Tapi bukan itu yang buatku merasa bahagia
Sesosok wanita diujung taman yang tersenyum manja
Walau aku tau pasti
Senyumnya itu hanya untuk orang yang dia cintai

Andai saja
Mungkinkah aku jatuh cinta lagi?
Entahlah semuanya ku pasrahkan saja pada Ilahi

Andai saja tiada lelaki disisimu
Mungkin sudah ku ulurkan tanganku
Bisikan nama dan maksud hatiku

Tapi aku tau, jalan cintaku
Akan tetap terasa berliku
Seperti kisah cinta pertamaku
Atau dengan sosok Mela yang tlah tiada itu

Mengapa
Rasanya aku sudah tak muda lagi
Menyatakkan rasa suka lewat puisi
Mungkin bunga mawar pun sudah terlalu basi
Tuk dapatakan wanita cantik pujaan hati

Mengapa aku jadi bingung sendiri?
Harusnya ku biarkan ini terjadi
Seperti dulu saat semua nyata berawal dari sebuah mimpi
Saat semua harap menjadi kehangatan dalam sebuah dekap abadi

Puisi cinta
Semuanya sudah berlalu lebih dari seminggu
Saat itu aku temukanmu bernyanyi di taman ini
Entahlah terlalu banyak anak kecil disitu
Hingga tak ingin rasanya mengganggu kerianganmu bernyanyi

Aku masih terduduk di bangku bawah pohon cemara
Ku tulis sebuah puisi cinta
Walau aku tak pernah tau untuk siapa

Sesekali aku tersenyum, tenyata masih bisa kau menulisnya
Setelah sekian lama tak pernah ku goreskan tinta
Merangkai kata, mengukir makna dan ku rajut dengan penuh suka
Hingga puisi cinta indah ini tercipta

Kenangan
Malam ini ku coba buka lembaran foto lamaku
Tak terasa tertetes air mataku
Saat kulihat foto Mela bersamaku
Itu foto pertama libur tahun baru

Dia kenakan topi yang entah berbentuk apa
Meniupkan terompet kupu-kupu tepat di gendang telingaku
Saat hendak ku tegur kamu
Kau kecup keningku dan berbisik I Love You

Masih banyak kenangan tentangmu
Sangking banyaknya aku tak pernah tau
Berapa foto dirimu di dalam hard disk ku

Di suatu pagi
Saat dingin pagi mulai menggigit jemari
Ku terbangun dalam keheningan yang amat sepi
Tapi ku rasa ini wajar adanya
03.00 itu yang tertulis di arloji ulang tahunku dari Mela

Segera mengambil air whudu dan ku sujudkan kepalaku
Mengharap kebahagiaan kan hampiriku
Saat fajar berada di hadapku

Saat itu aku teringat akan sebuah puisi baruku
Ku lempar beberapa barang di tas hitamku
Tiada slembar kertas berpuisi itu
Entahlah mungkin terjatuh pikirku

Takan ku lupa
Waktu memang terasa sangat cepat berlalu
Bahkan lebih cepat dari cahaya pikirku
Dua tahun yang lalu
Ku menangis tersedu sambil memeluk erat tubuhmu
Mengecup kening dan bibirmu tuk terakhir

Saat ini ku hanya bisa saksikan gundukan tanah merah dengan nisan atas namamu
Ku rangkai mawar merah kesukaanmu
Ku selipkan sebuah puisi cinta untukmu
Tepat di atas gundukan itu
Tak bisa ku lihat senyum manismu lagi
Hanya sepi dan sunyi
Disanalah kau terbaring abadi

Ku lantukan do’a agar kau bahagia
Semoga selalu dan terus bahagia disisiNya
Sunguh tak kan pernah bisa ku melupakan semua tentangmu Mela

Geirimis
Kini taman ini terlihat amat sepi
Itu semua sudahlah pasti
Awan memejamkan matahari
Gerimis mulai turun basahi semua isi bumi

Ku gosokan kedua telapak tangan ini
Mencari kehangatan walau sedetik saja
Sesekalai aku pandangi
Bocah kecil berlari dan tertawa gembira

Sungguh tiada pernah ku duga
Tidak basah tubuh ini
Tetesan hujan justru melingkari tubuhku
Ya sebuah payung coba halangi air itu menyentuhku

Sosok wanita cantik berada di belakangku tersenyum tipis
Lindungi tubuhku dari bumi yang menangis

Bukan siapa-siapa hanya sahabatku saja
Dia mengantarku menuju rumah berpagar bunga
Bunga mawar merah yang ditanam Mela


 Aku kembali
Aku kembali duduk dan kerjakan pekerjaan di bawah pohon cemara
Saat itu ku dengarkan sebuah lagu kesukaan Mela

Tapi suara merdu penyanyi favorit Mela tak terdengar jelas
Anak-anak kecil bernyanyi lagu favorit mereka cukup keras

Aku tersenyum saat salah seorang dari mereka menghampiri dan berikanku selembar kertas berisikan puisi
Ia menunjuk wanita cantik yang aku puja malam itu
Lalu menarik tanganku tuk menghampiri keriangan mereka

Akhirnya aku terlarut dalam suasan gembira bersama mereka
Hiraukan kepalaku yang dipenuhi beban kerja yang amat menyiksa
Aku kembali tertawa, merasakan suatu kebahagiaan yang nyata
Setelah sekian lama, hanya bisa diam tanpa kata suka dan bahagia

Puteri kembali
Sekarang setiap kata kerja terhapus dalam agenda
Aku bernyanyi bersama anak-anak itu dengan riang dan bahagia
Semuanya terasa lebih indah dan bermakna
Tersenyum, bercanda dan tertawa

Tapi ada yang lebih buatku bahagia
Ku dapat bersama wanita cantik yang sedang kupuja

Sungguh hati terkejut seketika
Dia bacakan sebuah puisi lama
Yang sangat aku ketahui
Puisi cinta yang dulu ku buat tuk sang putri

Puteri dongeng yang dulu aku cinta
Semakin ku terkejut saat dia berkata
Puisi itu diberikan oleh orang yang dulu disuka
Dan sebutkan namaku dengan manja

Maaf
Akhirnya aku menemukan puteri dongengku yang dulu hilang
Bahkan sudah tak pernah ada dia walau hanya sebuah bayang
Saat ada Mela orang yang paling ku sayang

Maaf Mel, bukan aku tak mencintaimu
Bukan ada rasa tuk berpaling dari cintamu

Ku akan tetap jaga cintamu
Yang pernah tumbuh dan hilangkan semua bisu

Dilemaku
Kini sungguh ku hadapi sebuah dilema
Pertahankan cinta walau dia sudah tiada
Ataukah berpaling pada sebuah hati yang baru
Karena sungguh ku sangat memujanya, dulu

Bisakah ku hilangkan bayang Mela saat bintang berkedip padaku
Ataukah bintang itu kan dapat menjelma
Menjadi dirimu yang masih sangat aku cinta

Aku tau ini bukan untuk pertama
Mungkin bukan tuk terakhir kalinya
Tuhan tolong sampaikan pada Mela
Maaf jika ternyata hatiku memilih cinta baru dalam dada

Imaji
Kini biarkan aku menghindar dulu
Tinggalkan puteri dongengku tuk beberapa waktu
Sendiri dan biarkan hati ini membisu

Kabut dalam hati ini mulai semakin dan semakin mengganggu
Hilangkan cerah dan teteskan air yang basahi hatiku

Kini tak ku lihat wajah Mela atau puteri dongengku
Yang ada hanya aku dan tiada yang lain disitu
Terjekut sungguh diriku
Melihat tubuhku tiada lagi satu
Tertidur, menangis, membaca, tertawa semua terjadi dalam satu waktu

Entahlah imaji apa yang sedang ku alami
Mungkin terlalu stres menghadapi kejamnya hari
Atau ini tentang cinta yang sedang aku alami

Hanya Kau yang tau
Hidup memang harus memilih
Kadang bisa kita berpikir jernih
Atau mungkin kita hanya menangis dan merintih
Dan akhirnya semuanya hanya jadi buih
Terbawa ombak dan hanur karena tlah letih

Aku coba tuk tetap bertahan
Entahlah sampai kapan

Dalam benak tersirat keinginan tuk gapai bahagia yang baru
Dalam hati Mela tak pernah meninggalkanku

Tuhan hanyalah Engkau yang tau
Harus sperti apa diriku
Terima cinta baru atau
Tetap pertahankan cinta suciku tuk Mela yang tiada itu

Izinkan aku
Akhirnya ada setitik cerah dalam gelap hatiku
Mela tlah datang dalam lelapnya tidurku
Berbisik dan izinkan aku
Mencari bahagia yang baru

Dengan pasti ku langkahkan kaki
Taman bunga di tengah kota yang kan ku kunjungi
Bersama anak kecil ku kembali bernyanyi
Menyapa puteri dongengku kembali

Slalu begini
Tiada kisah cinta seindah novel drama
Semua yang berusaha ku kejar seolah jauhkan jaraknya
Semua yang ingin ku genggam lenyap entah kemana
Puteri dongengku tak pernah ada lagi disana
Di taman bunga di tengah kota

Mungkin sudah suratan takdir dalam hidupku
Selalu dan selalu begitu
Seolah bahagia enggan hinggap di hatiku
Ceria enggan hiasi hidupku

Bukan ingin ku salahkan Engkau Tuhan
Hanya hati ini coba pertanyakan
Mengapa selalu begini?
Tak pernah ada ceria yang abadi
Semua cinta yang ku ikat suci
Menghilang saat raga ingin dia dimiliki

Nafas cinta
Rasanya kini dunia sepi dan sunyi kembali
Langkahkan kaki tanpa ada tuju yang pasti
Jejak hanya mengikuti mentari
Bayangku mulai tak terlihat lagi

Tiada musim dingin di negeriku
Tapi entahlah hati ini membeku
Tanpa tau pasti kapan kan bercair lagi
Kapan darah ini kan mengalir lagi
Denyut ini kan berdegup lagi
Bersama hembusan nafas cinta dalam tubuh ini

Bukan pertama
Entah apakah kan hanya percuma
Ku terduduk dan pandangi sekeliling taman kota
Mencarimu, jejakmu, tawamu dan kecantikanmu
Yang mungkin tersembunyi dibalik keramaian taman bunga ini

Memang ini bukan tuk pertama kali
Ku merasa seolah hidupku tak berarti
Karena sungguh dulu pernah kau tinggal aku sendiri
Tanpa sebuah kabar nyata yang pasti

Tapi sayangnya dulu aku tau
Ada sepercik cermin yang kupecah dan menusuk relung hatimu
Kini aku sungguh tak pernah tau
Mungkinkah terlalu lama tuk ku berpikir dan sendiri
Tentukan bagaimana sikap hati

 Seperti ini
Mungkin seperti inilah akhir kisah cinta ku dengan puteri dongeng itu
Selalu tercipta bahagia yang sebentar
Terpancar ceria yang sirna seiring detik berganti
Bercucuran air mata saat menit datang menyapa
Berteriak saat jam berlalu
Dan kembali ku berdiri saat mentari menyapa di suatu pagi

Sebuah bukti
Kisah cintaku seolah menjadi bukti
Tiada pernah ada bahagia yang tak sirna
Selalu ada ceria yang musnah seketika
Itulah yang kusebut kehendakNya
Semua kisah ini tersusun rapi dalam catatanNya
Ada kisah bahagiaku, tawamu dan sedih kita semua

BuatNya semua hanya tentang pembuktian kita
Apakah kita sungguh mencintaNya?
Ataukah lebih kita mencinta pada wanita yang kita puji karna cantik dan baik semata
Atau karena dia punya sebongkah harta

Ini bukan akhir
Ini bukan akhir dari kisah cintaku
Selama nafasku masih terhembus cinta
Mataku masih pancarkan sinar suka
Otak ini masih berpikir tuk mencari sebuah bahagia

Agar suatu hari nanti
Saat ku berjumpa dengaNya aku bisa tersenyum manja
Busungkan dada dan tunjukan bahwa aku takan menyerah hanya karna selalu ku dapat dukanya cinta

Singgasana
Bahkan jika Ia izinkan
Ingin rasanya selalu ku berada disamping Mela
Tersenyum, tertawa dan saling bertingkah manja
Dalam sebuah singgasana di suatu sudut surgaNya

Curahkan isi hati
Kini malamku hanya tentang diri dan Ilahi
Bersama hembusan angin ku curahkan isi hati
Semua harapan dalam jiwa
Ku ungkapkan dengan segenap rasa

Aku ingin setiap hembus nafas ini
Selalu dalam langkah jalanMu
Aku harap setiap detak jantung ini
Selalu dibawah lindungan cintaMu

Hujan yang menerpa
Aku bernyanyi bersama bayang Mela
Dibalik rapatnya air hujan yang menerpa
Gembira seolah kembali hampiri raga dan jiwa

Seolah kembali pada masa yang lalu
Saat masih bersamamu
Memelukmu dan bernyanyi bersama hujan yang menerpa
Saat itu ku lihat kau amat bahagia

Lupakan cinta
Inilah saatnya ku kembali lupakan kata cinta
Yang sudah berhasil membuat hancur sebuah asa

Aku memang sedih dalam kisah cinta kali ini
Tapi setidaknya kembali ada cinta
Yang dirasa ku dalam jiwa

Walau tetap ada harapku tuk kembali rasakan cinta
Menggenggam sebuah bahagia
Sebelum ku kembali abadi bersamaNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar