Berbeda
Malam ini ada yang berbeda
Bukan karena ada purnama
Atau bahkan terjadi suatu
gerhana
Langit hanya hitam seperti
biasa
Bintang tetap pancarkan
kedipan yang sempurna
Hanya bulan yang tak nampak
sempurna
Namun tetap indah tuk
dinikmati mata
Tapi bukan itu yang buatku
merasa bahagia
Sesosok wanita diujung
taman yang tersenyum manja
Walau aku tau pasti
Senyumnya itu hanya untuk
orang yang dia cintai
Andai saja
Mungkinkah aku jatuh cinta
lagi?
Entahlah semuanya ku
pasrahkan saja pada Ilahi
Andai saja tiada lelaki
disisimu
Mungkin sudah ku ulurkan
tanganku
Bisikan nama dan maksud
hatiku
Tapi aku tau, jalan cintaku
Akan tetap terasa berliku
Seperti kisah cinta
pertamaku
Atau dengan sosok Mela yang
tlah tiada itu
Mengapa
Rasanya aku sudah tak muda
lagi
Menyatakkan rasa suka lewat
puisi
Mungkin bunga mawar pun
sudah terlalu basi
Tuk dapatakan wanita cantik
pujaan hati
Mengapa aku jadi bingung
sendiri?
Harusnya ku biarkan ini
terjadi
Seperti dulu saat semua
nyata berawal dari sebuah mimpi
Saat semua harap menjadi
kehangatan dalam sebuah dekap abadi
Puisi cinta
Semuanya sudah berlalu
lebih dari seminggu
Saat itu aku temukanmu
bernyanyi di taman ini
Entahlah terlalu banyak
anak kecil disitu
Hingga tak ingin rasanya
mengganggu kerianganmu bernyanyi
Aku masih terduduk di
bangku bawah pohon cemara
Ku tulis sebuah puisi cinta
Walau aku tak pernah tau
untuk siapa
Sesekali aku tersenyum,
tenyata masih bisa kau menulisnya
Setelah sekian lama tak
pernah ku goreskan tinta
Merangkai kata, mengukir
makna dan ku rajut dengan penuh suka
Hingga puisi cinta indah
ini tercipta
Kenangan
Malam ini ku coba buka
lembaran foto lamaku
Tak terasa tertetes air
mataku
Saat kulihat foto Mela
bersamaku
Itu foto pertama libur
tahun baru
Dia kenakan topi yang entah
berbentuk apa
Meniupkan terompet
kupu-kupu tepat di gendang telingaku
Saat hendak ku tegur kamu
Kau kecup keningku dan
berbisik I Love You
Masih banyak kenangan
tentangmu
Sangking banyaknya aku tak
pernah tau
Berapa foto dirimu di dalam
hard disk ku
Di suatu pagi
Saat dingin pagi mulai
menggigit jemari
Ku terbangun dalam
keheningan yang amat sepi
Tapi ku rasa ini wajar
adanya
03.00 itu yang tertulis di
arloji ulang tahunku dari Mela
Segera mengambil air whudu
dan ku sujudkan kepalaku
Mengharap kebahagiaan kan
hampiriku
Saat fajar berada di
hadapku
Saat itu aku teringat akan
sebuah puisi baruku
Ku lempar beberapa barang
di tas hitamku
Tiada slembar kertas
berpuisi itu
Entahlah mungkin terjatuh
pikirku
Takan ku lupa
Waktu memang terasa sangat
cepat berlalu
Bahkan lebih cepat dari cahaya
pikirku
Dua tahun yang lalu
Ku menangis tersedu sambil
memeluk erat tubuhmu
Mengecup kening dan bibirmu
tuk terakhir
Saat ini ku hanya bisa
saksikan gundukan tanah merah dengan nisan atas namamu
Ku rangkai mawar merah
kesukaanmu
Ku selipkan sebuah puisi
cinta untukmu
Tepat di atas gundukan itu
Tak bisa ku lihat senyum
manismu lagi
Hanya sepi dan sunyi
Disanalah kau terbaring
abadi
Ku lantukan do’a agar kau
bahagia
Semoga selalu dan terus
bahagia disisiNya
Sunguh tak kan pernah bisa
ku melupakan semua tentangmu Mela
Geirimis
Kini taman ini terlihat
amat sepi
Itu semua sudahlah pasti
Awan memejamkan matahari
Gerimis mulai turun basahi
semua isi bumi
Ku gosokan kedua telapak
tangan ini
Mencari kehangatan walau
sedetik saja
Sesekalai aku pandangi
Bocah kecil berlari dan
tertawa gembira
Sungguh tiada pernah ku
duga
Tidak basah tubuh ini
Tetesan hujan justru
melingkari tubuhku
Ya sebuah payung coba
halangi air itu menyentuhku
Sosok wanita cantik berada
di belakangku tersenyum tipis
Lindungi tubuhku dari bumi
yang menangis
Bukan siapa-siapa hanya
sahabatku saja
Dia mengantarku menuju
rumah berpagar bunga
Bunga mawar merah yang
ditanam Mela
Aku kembali
Aku kembali duduk dan
kerjakan pekerjaan di bawah pohon cemara
Saat itu ku dengarkan
sebuah lagu kesukaan Mela
Tapi suara merdu penyanyi
favorit Mela tak terdengar jelas
Anak-anak kecil bernyanyi
lagu favorit mereka cukup keras
Aku tersenyum saat salah
seorang dari mereka menghampiri dan berikanku selembar kertas berisikan puisi
Ia menunjuk wanita cantik
yang aku puja malam itu
Lalu menarik tanganku tuk
menghampiri keriangan mereka
Akhirnya aku terlarut dalam
suasan gembira bersama mereka
Hiraukan kepalaku yang
dipenuhi beban kerja yang amat menyiksa
Aku kembali tertawa,
merasakan suatu kebahagiaan yang nyata
Setelah sekian lama, hanya
bisa diam tanpa kata suka dan bahagia
Puteri kembali
Sekarang setiap kata kerja
terhapus dalam agenda
Aku bernyanyi bersama
anak-anak itu dengan riang dan bahagia
Semuanya terasa lebih indah
dan bermakna
Tersenyum, bercanda dan
tertawa
Tapi ada yang lebih buatku
bahagia
Ku dapat bersama wanita
cantik yang sedang kupuja
Sungguh hati terkejut
seketika
Dia bacakan sebuah puisi
lama
Yang sangat aku ketahui
Puisi cinta yang dulu ku
buat tuk sang putri
Puteri dongeng yang dulu
aku cinta
Semakin ku terkejut saat
dia berkata
Puisi itu diberikan oleh
orang yang dulu disuka
Dan sebutkan namaku dengan
manja
Maaf
Akhirnya aku menemukan
puteri dongengku yang dulu hilang
Bahkan sudah tak pernah ada
dia walau hanya sebuah bayang
Saat ada Mela orang yang
paling ku sayang
Maaf Mel, bukan aku tak
mencintaimu
Bukan ada rasa tuk
berpaling dari cintamu
Ku akan tetap jaga cintamu
Yang pernah tumbuh dan
hilangkan semua bisu
Dilemaku
Kini sungguh ku hadapi
sebuah dilema
Pertahankan cinta walau dia
sudah tiada
Ataukah berpaling pada
sebuah hati yang baru
Karena sungguh ku sangat
memujanya, dulu
Bisakah ku hilangkan bayang
Mela saat bintang berkedip padaku
Ataukah bintang itu kan
dapat menjelma
Menjadi dirimu yang masih
sangat aku cinta
Aku tau ini bukan untuk
pertama
Mungkin bukan tuk terakhir
kalinya
Tuhan tolong sampaikan pada
Mela
Maaf jika ternyata hatiku
memilih cinta baru dalam dada
Imaji
Kini biarkan aku menghindar
dulu
Tinggalkan puteri dongengku
tuk beberapa waktu
Sendiri dan biarkan hati
ini membisu
Kabut dalam hati ini mulai
semakin dan semakin mengganggu
Hilangkan cerah dan
teteskan air yang basahi hatiku
Kini tak ku lihat wajah
Mela atau puteri dongengku
Yang ada hanya aku dan
tiada yang lain disitu
Terjekut sungguh diriku
Melihat tubuhku tiada lagi
satu
Tertidur, menangis,
membaca, tertawa semua terjadi dalam satu waktu
Entahlah imaji apa yang
sedang ku alami
Mungkin terlalu stres
menghadapi kejamnya hari
Atau ini tentang cinta yang
sedang aku alami
Hanya Kau yang tau
Hidup memang harus memilih
Kadang bisa kita berpikir
jernih
Atau mungkin kita hanya
menangis dan merintih
Dan akhirnya semuanya hanya
jadi buih
Terbawa ombak dan hanur
karena tlah letih
Aku coba tuk tetap bertahan
Entahlah sampai kapan
Dalam benak tersirat
keinginan tuk gapai bahagia
yang baru
Dalam hati Mela tak pernah
meninggalkanku
Tuhan hanyalah Engkau yang
tau
Harus sperti apa diriku
Terima cinta baru atau
Tetap pertahankan cinta
suciku tuk Mela yang tiada itu
Izinkan aku
Akhirnya ada setitik cerah
dalam gelap hatiku
Mela tlah datang dalam
lelapnya tidurku
Berbisik dan izinkan aku
Mencari bahagia yang baru
Dengan pasti ku langkahkan
kaki
Taman bunga di tengah kota
yang kan ku kunjungi
Bersama anak kecil ku
kembali bernyanyi
Menyapa puteri dongengku
kembali
Slalu begini
Tiada kisah cinta seindah
novel drama
Semua yang berusaha ku
kejar seolah jauhkan jaraknya
Semua yang ingin ku genggam
lenyap entah kemana
Puteri dongengku tak pernah
ada lagi disana
Di taman bunga di tengah
kota
Mungkin sudah suratan
takdir dalam hidupku
Selalu dan selalu begitu
Seolah bahagia enggan
hinggap di hatiku
Ceria enggan hiasi hidupku
Bukan ingin ku salahkan
Engkau Tuhan
Hanya hati ini coba
pertanyakan
Mengapa selalu begini?
Tak pernah ada ceria yang
abadi
Semua cinta yang ku ikat
suci
Menghilang saat raga ingin
dia dimiliki
Nafas cinta
Rasanya kini dunia sepi dan
sunyi kembali
Langkahkan kaki tanpa ada
tuju yang pasti
Jejak hanya mengikuti
mentari
Bayangku mulai tak terlihat
lagi
Tiada musim dingin di
negeriku
Tapi entahlah hati ini
membeku
Tanpa tau pasti kapan kan
bercair lagi
Kapan darah ini kan
mengalir lagi
Denyut ini kan berdegup
lagi
Bersama hembusan nafas
cinta dalam tubuh ini
Bukan pertama
Entah apakah kan hanya
percuma
Ku terduduk dan pandangi
sekeliling taman kota
Mencarimu, jejakmu, tawamu
dan kecantikanmu
Yang mungkin tersembunyi
dibalik keramaian taman bunga ini
Memang ini bukan tuk
pertama kali
Ku merasa seolah hidupku
tak berarti
Karena sungguh dulu pernah
kau tinggal aku sendiri
Tanpa sebuah kabar nyata
yang pasti
Tapi sayangnya dulu aku tau
Ada sepercik cermin yang
kupecah dan menusuk relung hatimu
Kini aku sungguh tak pernah
tau
Mungkinkah terlalu lama tuk
ku berpikir dan sendiri
Tentukan bagaimana sikap
hati
Seperti ini
Mungkin seperti inilah
akhir kisah cinta ku dengan puteri dongeng itu
Selalu tercipta bahagia
yang sebentar
Terpancar ceria yang sirna
seiring detik berganti
Bercucuran air mata saat
menit datang menyapa
Berteriak saat jam berlalu
Dan kembali ku berdiri saat
mentari menyapa di suatu pagi
Sebuah bukti
Kisah cintaku seolah
menjadi bukti
Tiada pernah ada bahagia
yang tak sirna
Selalu ada ceria yang
musnah seketika
Itulah yang kusebut
kehendakNya
Semua kisah ini tersusun
rapi dalam catatanNya
Ada kisah bahagiaku, tawamu
dan sedih kita semua
BuatNya semua hanya tentang
pembuktian kita
Apakah kita sungguh
mencintaNya?
Ataukah lebih kita mencinta
pada wanita yang kita puji karna cantik dan baik semata
Atau karena dia punya
sebongkah harta
Ini bukan akhir
Ini bukan akhir dari kisah
cintaku
Selama nafasku masih
terhembus cinta
Mataku masih pancarkan
sinar suka
Otak ini masih berpikir tuk
mencari sebuah bahagia
Agar suatu hari nanti
Saat ku berjumpa dengaNya
aku bisa tersenyum manja
Busungkan dada dan tunjukan
bahwa aku takan menyerah hanya karna selalu ku dapat dukanya cinta
Singgasana
Bahkan jika Ia izinkan
Ingin rasanya selalu ku
berada disamping Mela
Tersenyum, tertawa dan
saling bertingkah manja
Dalam sebuah singgasana di suatu sudut surgaNya
Curahkan isi hati
Kini malamku hanya tentang
diri dan Ilahi
Bersama hembusan angin ku
curahkan isi hati
Semua harapan dalam jiwa
Ku ungkapkan dengan segenap
rasa
Aku ingin setiap hembus
nafas ini
Selalu dalam langkah
jalanMu
Aku harap setiap detak
jantung ini
Selalu dibawah lindungan
cintaMu
Hujan yang menerpa
Aku bernyanyi bersama
bayang Mela
Dibalik rapatnya air hujan
yang menerpa
Gembira seolah kembali
hampiri raga dan jiwa
Seolah kembali pada masa
yang lalu
Saat masih bersamamu
Memelukmu dan bernyanyi
bersama hujan yang menerpa
Saat itu ku lihat kau amat
bahagia
Lupakan cinta
Inilah saatnya ku kembali
lupakan kata cinta
Yang sudah berhasil membuat
hancur sebuah asa
Aku memang sedih dalam
kisah cinta kali ini
Tapi setidaknya kembali ada
cinta
Yang dirasa ku dalam jiwa
Walau tetap ada harapku tuk
kembali rasakan cinta
Menggenggam sebuah bahagia
Sebelum ku kembali abadi
bersamaNya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar